[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

>>>Makalah

 

Urgensi Jihad dalam Islam*

( Upaya Penegakan Kalimat Allah di Muka Bumi )

Oleh Asnan Purba**

 

“Allah adalah tujuan kami, Rasulullah adalah pemimpin kami,

Al-Qur’an adalah undang-undang kami dan Jihad adalah jalan kami”

( Semboyan Ikhwanul Muslimin ) 1

 

Mukaddimah

            Berbicara tentang jihad yang terbayang digambaran oleh non muslim adalah pengangkatan senjata/perang sehingga yang teropini gerakan jihad adalah membawa kepada kekerasan dan kesengsaraan, ironisnya hal ini juga telah merasuki sebagian kaum muslimin bahwa jihad haruslah di kubur kedalam tanah sedalam-dalamnya. Dengan alasan demi untuk menjaga citra umat islam dimata internasional dan untuk mengatakan bahwa islam adalah agama toleransi dan tidak suka kepada peperangan. Akhirnya materi-materi jihad mulai dihapuskan disekolah-sekolah agama dan tidak ada sama sekali, melainkan fadhilah-fadhilah amal lebih diperbanyak untuk memperberat tabungan amal diakhirat. Sehingga berdampak kepada kurangnya kepedulian antar sesama muslim dalam membantu menyelesaikan konflik umat islam di suatu wilayah/daerah. Al-Azhar sendiripun juga sering ditekan dalam materi-materi pendidikan dengan penghapusan materi jihad dalam bangku perkuliahan, di Arab Saudi para Khatib Haramain dan Nabawi ketika musim haji lebih ditekankan pada perbuatan menabung amalan sendiri dan jarang sekali menyinggung permasalahan umat , dan kalaupun ada hanya sebatas dan sekedarnya saja, hal yang sangat ironis sekali.

            Padahal kalau kita membuka kembali sejarah perjuangan islam maka jihadlah satu-satunya alat yang dapat menghancurkan kebatilan dan dengan semangat ruh jihadlah umat islam mampu menghalau pasukan yang berlipat ganda, lari tunggang langgang dari medan perang dan dengan jihad pula mampu menumbangkan dinasti yang zhalim dan kejam. Tetapi yang terjadi sekarang ini malah sebaliknya kemunduran umat islam adalah disebabkan karena sudah tidak ada lagi ruh jihad, mereka sudah semakin cinta akan kehidupan dunia yang merupakan bakteri yang telah mengerogoti tubuh umat islam, sehingga ketika diserukan jihad ia malah berpaling dan enggan menyambutnya. Padahal Allah swt memotivasi orang yang berjihad dengan janji mendapatkan hidayah sesuai dengan firman-Nya dalam surat al Ankabut ayat 69 :”Dan orang-orang yang berjihad untuk ( mencari keridhaan ) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya allah benar-benar beserta orang yang berbuat baik2

            Hal diatas dapat menggambarkan betapa jihad dan hidayah sangat punya keterkaitan yang erat sehingga ketika anda berjihad maka Allah akan memberikan hidayah-Nya. Pada kesempatan kali ini Penulis mencoba membahas kembali urgensi jihad agar lebih mengkristalnya pemahaman kita terhadap jihad dan untuk mengembalikan kejayaan islam yang telah mulai redup seiring dengan mulai surutnya ruh jihad didalam setiap diri sanubari muslim.

 

Definisi dan Bentuk-Bentuk Jihad

            Secara umum jihad harus dilihat dari dua aspek yaitu aspek Etimologi dan aspek Terminologi. Secara Etimologi Jihad berasal dari kata Jahada yang bermakna kesungguhan, kemampuan, kekuatan, kelapangan dan keteguhan. Yaitu berusaha mengerahkan segala kemampuan, kekuatan dan kesungguhan demi tercapainya sebuah tujuan akhir. Sedangkan secara Terminologi adalah memerangi orang-orang yang tidak dijamin keselamatannya oleh umat islam dari orang-orang kafir dan musyrik3.

            Para Fuqaha mengklasifikasikan jihad dengan empat bentuk yaitu:

1.Jihad al Nafsi ( Jihad terhadap diri sendiri melawan hawa nafsu )

2.Jihad al Syaithan ( Jihad melawan kemunkaran Syaithan )

3.Jihad terhadap penguasa/penegak kezaliman dan kemunkaran

4.Jihad melawan musuh-musuh Allah dari orang-orang kafir, munafik dan orang-orang yang

   membantu mereka4. Disini akan kami uraikan satu persatu :

1.Jihad terhadap diri sendiri melawan hawa nafsu meliputi empat aspek yaitu :

    a.Berjihad terhadap diri sendiri dengan mempelajari agama secara benar dan baik karena

       tidak ada kebahagiaan didunia dan diakhirat tanpa pengetahuan agama yang baik dan

      benar.

    b. Berjihad dengan mengamalkan ilmu yang didapat dan diperoleh sehingga terbentuklah

        amal saleh yang diamalkan tidak hanya tertulis dibuku-buku saja.

    c. Berjihad dengan mengajarkan dan menyampaikan apa-apa yang telah diperoleh dan

         dipelajarinya.

    d. Berjihad dengan selalu bersabar atas apa-apa yang menimpanya selama ia menuntut

          ilmu dan mengamalkan serta mengajarkannya kepada orang lain.

Keempat aspek tersebut tereflesikan dalam al Qur’an Surat al Asr yang berbunyi :”Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu berada didalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling nasehat menasehati dalam berbuat kebenaran dan saling nasehat menasehati dalam berlaku sabar (3)5

2. Jihad dalam melawan kemunkaran Syaithan meliputi dua aspek yaitu:

     a. Berjihad dengan menolak hal-hal yang meragukan keimanan hati terhadap Allah swt

        yang tentunya harus dibarengi dengan keteguhan iman dan selalu memperbanyak zikir

        terhadap Allah swt

     b. Berjihad dengan berusaha meninggalkan segala hal-hal yang cenderung untuk melawan

         ketentuan-ketentuan Allah swt demi  untuk memenuhi keinginan hawa nafsu.

3. Jihad melawan penguasa yang zalim dan munkar ada tiga kategori yaitu:

     a.  Berjihad dengan menggunakan tangan (baca:kekuatan) apabila tidak menimbulkan

          mudharat yang melebihi maslahat yang dapat diambil ketika melaksanakannya. Maka

          dalam hal ini hendaklah dilakukan Denton segala kekuatan yang ada pada diri kita dan   

          jihad dengan mempergunakan kekuatan tersebut ada batasan-batasannya sebagaimana

          termaktub dalam kitab-kitab fiqih.

       b. Berjihad dengan menggunakan lisan dan tulisan dan kategori kedua ini tak kalah

           pentingnya dimana tulisan dan lisan mampu mengerahkan beribu-ribu massa

           untuk menghancurkan kebatilan, kita dapat melihat hanya dengan kalimat “Allahu

           Akbar “yang dilantunkan bertalu-talu akhirnya mampu menghalau kaum kafir    

           walaupun jumlah mereka berlipat ganda.

       c. Berjihad dengan kalbu/hati adalah kategori yang ketiga dimana ia membenci dan  

           menolak segala bentuk kezaliman dan kemunkaran.

4. Berjihad melawan musuh-musuh Allah dari orang kafir, musyrik dan orang-orang yang 

    membantu mereka dengan berbagai macam cara juga, tergantung kepada kemampuan kita.

    Para Ulama Salaf melihat setidaknya melihat ada empat cara untuk menghadapi mereka   

    yaitu dengan jihad secara lisan dan tulisan, jihad dengan kalbu/hati, jihad dengan fisik

    ( mengangkat senjata ) dan jihad dengan harta yaitu menyumbangkan seluruh harta untuk

     kepentingan perjuangan umat islam, bisa juga dimanifestsikan dalam bentuk boikot,

    penari kan saham-saham dari perusahaan-perusahaan non muslim dan mendirikan syarikat

    yang berbasiskan islam.

 

Kapankah Jihad itu Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah ?

            Jihad dikatakan fardhu kifayah apabila sebagian telah melakukannya dan sebagian lain telah mengetahuinya dan hal ini terus berkelanjutan dalam menegakkan jihad tersebut dan apabila tidak ada seorangpun yang melakukannya maka berdosalah seluruh orang yang ada didaerah tersebut. Sementara jihad dikatakan fardhu a’in apabila tidak ada lagi yang melakukannya kecuali hanya dirinya sendiri maka posisinya pada saat itu menjadi fardhu a’in dan juga apabila karena sebab-sebab berikut ini:

a. Ketika ia berada di medan perang maka wajib baginya untuk menghalau musuh, karena lari

   dari medan peperangan merupakan salah satu dosa  besar.

b. Apabila suatu wilayah diserang oleh musuh islam maka wajib bagi seluruh yang ada di

    wilayah itu berjihad baik laki-laki ataupun perempuan, hamba ataupun orang yang merdeka  

    maka posisi seperti ini adalah fardhu a’in, karena tidak dibolehkan bagi seorang muslim

    untuk menyerah kepada musuhnya selama ia masih mampu untuk mengadakan perlawanan

    terhadap mereka.

c. Apabila seorang Imam/Pemimpin Agama telah mewajibkan bagi suatu kaum untuk ber-

    perang maka jihad tersebut menjadi fardhu a’in. Dan Allah swt  mencela keras orang-orang

    yang enggan untuk berjihad di jalan Allah dikarenakan kecintaannya yang berlebihan

    kepada dunia6.

Lantas bagaimana ketika jihad diwajibkan tetapi disisi lain orang tua membutuhkan pengabdian kita ? Untuk menjawab pertanyaan ini ada sebuah hadits yang menerangkan tentang  permasalahan ini yang diriwayatkan Abdullah bin Umar ra berkata:” Telah datang kepada Nabi muhammad saw seorang pemuda agar diizinkan untuk ikut berjihad maka Rasulullah saw bertanya:Apakah  kedua orang tuamu masih hidup ? Pemuda itu menjawab “Ya”( orang tua saya masih hidup ) kemudian Rasulullah saw berkata:Mengabdilah kepada orang tuamu maka itu juga adalah jihad” ( HR Bukhori Muslim ) Dari hadits diatas telah jelas sekali bahwa mengabdi kepada orang tua lebih diutamakan karena jihad adalah fardhu kifayah sedangkan mengabdi kepada orang tua adalah fardhu a’in7.

Dr Jamal Abdu al Satar berpendapat bahwa hadits diatas adalah jihad yang menyerang ke wilayah kaum kafir (baca: al Fath) hukumnya adalah fardhu kifayah makanya dikedepankan mengabdi kepada orang tua karena hukumnya adalah fardhu a’in, tetapi kalau kaum kafir yang menyerang ke wilayah islam maka hukum jihadnya adalah fardhu a’in dan apabila kedua hal ini salimg bertemu dan posisinya sama-sama fardhu a’in maka disini yang dikedepankan adalah jihad atas dasar skala prioritas dengan kaedah :  yang artinya adalah: Perbuatan yang lebih besar manfaatnya ( baca:kepentingan umum ) lebih dikedepankan daripada perbuatan yang untuk diri sendiri dan lebih kecil manfaatnya  ( baca:kepentingan pribadi ) karena jihad untuk menjaga wilayah islam dari serangan musuh untuk kepentingan umat islam secara keseluruhan maka ia dikedepankan dari mengabdi kepada orang tua yang manfaatnya untuk diri sendiri.

 

Tujuan dan Manfaat Jihad

            Kalau kita teliti lebih lanjut lagi bahwa tujuan jihad yang utama adalah mengembalikan manusia kepada pokok pangkalnya, fitrahnya yang hanif yaitu yang mengharuskan mereka tunduk dan patuh kepada Allah swt8. disamping juga untuk menghilangkan fitnah terhadap kaum muslimin, melindungi wilayah islam dari serbuan orang-orang kafir dan membunuh mereka-mereka yang melanggar perjanjian .

Sayyid Qutub dalam tafsir Zhilalnya mengatakan:”sesungguhnya motivasi jihad dalam islam yag sebenarnya harus dicari dari tabi’at islam itu sendiri sesuai dengan peranannya di muka bumi ini, serta sesuai tujuannya yang mulia sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah swt. Hal ini dipertegas lagi oleh Abu al a’la al Maududi yang mengatakan:”Sasaran tauhid bukanlah berkisar pada ibadah Allah swt semata-mata tetapi lebih luas lagi adalah dakwah menuju revolusi sosial9.

            Dengan jihad pula manfaatnya dapat kita rasakan dengan tersingkapnya identiotas kaum munafik , hal ini terbukti dalam sejarah ketika Rasulullah saw meyerukan jihad perang Uhud seluruh kaum muslimin menyambutnya tetapi dengan provokasi yang dilancarkan oleh tokoh kaum munafik saat itu, yaitu Abdullah bin Ubay akhirnya 300 pasukan muslim yang lemah imannya mengundurkan diri berjihad diperang Uhud, kemudian juga untuk membersihkan orang-orang mukmin dari dosa-dosa mereka, mendidik mereka kepada kesabaran, keteguhan dan konsisten terhadap akidahnya dengan menjunjung tinggi semboyan yang arti bunyinya adalah :” kalau hidup maka hiduplah yang mulia jika tidak maka matilah dalam keadaan syahid”. Rasulullah saw menggambarkan betapa besar pahala jihad dalam sebuah hadits yang berbunyi “Tak seorangpun yang masuk surga menyukai untuk kembali kedunia lagi sekalipun tidak memiliki sesuatu kekayaan apapun di dunia kecuali orang yang mati syahid ia menghendaki kembali kedunia lagi  agar mati syahid sampai sepuluh kali karena ia telah menyaksikan betapa besar balasan penghormatan kepadanya yaitu pahala berjihad.

( HR Bukhori Muslim )

 

Realitas Jihad dan Terorisme

            Pada tahun 1995 ketika saya menjadi mahasiswa di universitas McGill Montreal Kanada saya mempunyai tetangga wanita yang kebetulan satu gedung apartemen dengan saya umurnya sekitar 50-an tahun orangnya sangat ramah dan santun kami sering berdiskusi dan saling menukar informasi. Suatu hari ia bertanya tentang agama yang saya anut maka saya menjawab bahwa saya adalah seorang muslim ia langsung terperanjat dan bertanya kepada saya seakan tak percaya maka saya jawab sebagaimana jawaban saya semula dia langsung pergi dan meniggalkan saya sambil berlari menuju apartemennya. Semenjak itu saya tidak pernah lagi bertemu dan berbicara dengannya.

            Kemudian saya mencari tahu apa sebabnya dengan seorang pendeta yang kebetulan teman akrab saya ia menjelaskan “bahwa para wanita disini sangat takut sekali dengan seorang muslim yang menurut pengetahuan mereka mempunyai pemahaman untuk membunuh siapa saj orang kafir yang mereka temukan dan itu merupakan jihad dan

merupakan jalan pintas untuk mendapatkan surga10. Ini contoh kasus saja masih banyak lagi kasus-kasus yang lain yang memberikan pandangan stereotif terhadap jihad islam .

            Kita dapat melihat betapa palestina yang berjuang mati-matian untuk mempertahankan negaranya dari penjajah israel dianggap pengacau dan teroris sedangkan mereka yang jelas-jelas menjajah dan melanggar batas-batas kemanusiaan adalah pembela kebenaran dan orang-orang yang terzalimi. Para mujahidin afganistan yang membela kedaulatan negaranya dinaggap ekstrimis dan teroris dan orang-orang yang membantunya dimasukkan kedalam daftar catatan hitam dan dianggap telah membantu gerakan terorisme.

 

 


* Makalah ini diPresentasikan dalam acara  Kajian Dwi Mingguan Kelompok Kajian As Safiir Himpunan Mahasiswa Medan pada hari Sabtu tanggal 7 September 2002 bertempat di Sekretariat HMM Gate II Tenth District  Nasr City Cairo Egypt 

** Pemakalah adalah Mahasiswa Fakultas Syarian Islamiyah Tingkat Akhir Universitas al Azhar

Kairo-Mesir

1 Semboyan ini dipergunakan oleh Ikhwanul Muslimin untuk membakar /memotivasi semangat ruh jihad dalam setiap dada mereka untuk membentuk Daulah Islamiyah yang bersumber kepada al Qur’an dan Sunnah. Lihat: Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Rukn al Jihad Fi Fiqhi al Islah wa al Tajdid Inda al Imam Hasan al Banna, Dar al Tawzi’ wa al Nasyr al Islamiyah, Kairo, cet.I, 1415H-1995M, hal.212   

2 Disini menerangkan bahwa kaitan Jihad sangat erat sekali dengan Hidayah. Sehingga siapa saja yang benar-benar ikhlas dalam berjihad menegakkan kalimat Allah akan bertambah Hidayahnya yang membawanya kepada kebaikan dan kebenaran. Lihat: al Majlis al  A’la li Syu’un al Islamiyyah , Tafsir al Muntakhob Surat al Ankabut Ayat 69, Muassasat al Ahram, Kairo,cet.XIX, 1421H-2000M, hal.601   

3 Lihat: Dr Ibrahim Anis, et.al, al Mu’jam al Wasith Bab Jim Pasal Jahada dan al Jihad,  Majma’ al Lughah al Arabiyyah, Kairo, cet.II, 1392H-1972M, hal.163   

4 Dr Ali Abdul Halim Mahmud, Rukn al Jihad Fio Fiqhi al Islah wa la Tajdid Inda al Imam Hasan al Banna, Dar al Tawzi’ wa al Nasyr al Islamiyyah, Kairo, cet. I, 1415H-1995M, hal.36  

5 al Majlis al A’la li al Syu’un al Islamiyah, Tafsir al Muntakhob Surat al Asr , Muassasat al Ahram, Kairo, cet.XIX, 1421H-2000M, hal.926

6 Syaikh Hasan Ayyub,  Fiqh al Jihad Fi al Islam, Dar al Salam, Kairo, cet. I,1422H-2002M,hal.82

7 Syaikh al Imam Muhammad Ismail al Amir al Yamani al San’an, Subulus Salam (Syarh Bulughul Maram ) Bab Jihad Jilid IV, Maktabah al Iman bi al Mansurah, Mesir, hal.75  

8 Dr Ali bin Nafayyi al Alyani, Tujuan dan Sasaran Jihad (terj.), Gema Insani Press, Jakarta,cet.I,1413H-1992M,hal.24

9 Ibid. hal.37

10 Hamudah Abdel Ati, al Jihad ( Holy War ) in Islam, The Islamic Culture Administration al Azhar University , al Azhar Press, Kairo-Mesir

 

[ ke halaman selanjutnya ]  

 

 

home

 

 

[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

© Himpunan Mahasiswa Medan Mesir 2002

     Silakan menyalin atau mengutip isi atau sebagian dengan mencantumkan sumber HMM Online

Kirim artikel/saran/kritikan 

Kontak Webmaster