[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

>>>Dakwah As-Safiir

 

Sudahkah Kita Bersyukur ?
Oleh Asnan Purba

 


Syukur adalah bentuk nyata dari rasa gembira terhadap nikmat yang didapat. Karena rasa identik dengan kegembiraan dan rasa gembira tidak akan ada kalau tidak karena mendapat sesuatu yang menyenangkan. Kata syukur secara etimologi adalah menyebutkan/menyeritakan nikmat dan memuji sang pemberi nikmat (Allah Swt.).

Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw.: "Menceritakan nikmat itu adalah syuku dan meninggalkannya adalah kufur". (HR. Ahmad dalam musnadnya). Adapun syukur secara terminologi adalah mempergunakan nikmat yang diberikan Allah kepada jalan yang disukai-Nya (taat) dan menjauhi hal-hal yang dibenci-Nya. Lain lagi halnya syukur menurut Dr. Imaduddin, menurut beliau syukur adalah memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan fungsinya dalam situasi dan kondisi secara optimal.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendapatkan orang-orang yang mampu diuji dengan kesabaran tetapi ketika diberi nikmat dia lupa akan nikmat tersebut dan jadilah ia kufur nikmat, ada juga yang memahami syukur hanya dengan mengucapkan al-hamdulillah saja tanpa mengamalkan rasa syukur itu dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bahkan ironisnya ada yang seakan-akan merasa tidak pernah diberi nikmat oleh Allah Swt., sehingga segala nikmat atau rezeki yang didapatnya dianggap hanyalah jerih payahnya sendiri, yang akhirnya nikmat itu dihambur-hamburkan san dipergunakan hanya untuk menambah murka Allah Swt. nabi Muhammad dalam sebuah riwayat pernah melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak; melihat hal ini Siti 'Aisyah merasa heran lantas berkata: "Wahai Rasulullah mengapa engkau melakukan ibadah sedemikian rupa padahal engkau telah dijanjikan oleh Allah Swt. dengan pengampunan atas segala dosa-dosamu baik yang lalu ataupun yang sekarang ?"; Rasulullah Saw. menjawab: "Tidak pantaskah aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur". (HR.Muslim).

Lantas bagaimanakah dengan diri kita sendiri ? sudahkah kita mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepada Allah kepada kita ? sudahkah kita mempergunakan nikmat kepada jalan yang diridhoi-Nya ? pernahkah kita merasa menyesal (berdosa) ketika tidak mempergunakan nikmat-Nya dengan baik ?. Terkadang kita mampu untuk menahan kantuk sampai pagi ketika ada acar pesta atau kegiatan tetapi kitat idak pernah menahan rasa kantuk ketika melaksanakan sholat malam dan menjawab panggilan azan Shubuh. Apakah ini yang dinamakan bersyukur ?, padahal kita diberi kehidupan dimuka bumi ini adalah merupakan nikmat dari Allah dan ibadah kita itulah sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada-Nya, adapun ibadah yang kita lakukan tersebut sama sekali tidak ada keuntungannya bagi Allah Swt. melainkan kembali kepada kita sendiri. 

Begitu besarnya keutamaan syukur itu sehingga Allah didalam firmannya berjanji akan menambah nikmat yang diberikan-Nya jikalau kita bersyukur, tetapi jikalau kita kufur terhadap nikmatnya maka ia berjanji pula akan memberikan azab yang pedih. Kata "menambah" dalam firman-Nya diatas dapat kita jelaskan dengan mengambil contoh seperti seorang guru yang bersyukur atas segala ilmu yang didapatnya dan mengamalkan ilmunya dengan mengajarkan ilmunya tersebut kepada muridnya dengan ikhlas, maka ia akan berusaha untuk membaca dan memperluas pengetahuan serta wawasannya agar dapat dicerna oleh muridnya dengan baik, maka hal tersebut secara tidak langsung akan menambah pengetahuan dan wawasannya serta ilmunya akan mendapat berkah.

Kemudian orang yang bersedekah sebagai tanda syukur atas rezeki yang didapatnya, maka Allah memudahkan jalan/pintu-pintu rezekinya sehingga semakin bertambahlah rezekinya, sebaliknya jika ia mengingkari nikmat tersebut dan mempergunakannya kejalan maksiat maka terhambatlah pintu-pintu rezekinya dan diangkat berkah rezekinya serta tidak pernah merasa puas dan serba merasa kurang. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.; "Sesungguhnya seorang hamba diharamkan baginya rezeki dengan dosa yang masih diperbuatnya", (al-Hadit).

Imam al-Ghazali menggambarkan rasa syukur itu seperti satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yang terdiri dari tiga rangkaian yaitu; Ilmu, Hal (keadaan) dan Amal. Adapun ilmu adalah pengetahuan dan pengakuan bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah Swt. baik itu musibah, nikmat, harta dan lain-lain. Adapun sebab-sebab yang mengantarkan kita kepada hal-hal tersebut adalah perantara saja. Kita sering sekali kebablasan atau salah kaprah terhadap peran seseorang sehingga kita menganggap bahwa tanpa peran orang tersebut hal yang kita cita-citakan tidak akan tercapai. Akhirnya rasa syukur itu ditujukan kepada perantara bukan kepada pemilik yang sesungguhnya Allah Swt. dengan memberikan pengangungan serta penghormatan yang berlebihan kepadanya.

Kemudian apabila ilmu tersebut telah mantap dan teguh maka Allah akan menciptakan hal. Hal (keadaan) ini akan sangat berpengaruh sekali kalau ilmu itu benar, hingga akhirnya akan tercipta rasa gembira atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya dengan selalu mengucapkan alhamdulillah karena ia adalah kunci dari rasa syukur. Dan apabila ilmu dan hal sudah baik (mapan) dengan sendirinya ia akan menumbuhkan perbuatan. Dimana amal ini merupakan realisasi dari ilmu dan hal dalam bentuk nyata berupa tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Pada rangkaian yang ketiga inilah seseorang bisa dinilai dengan jelas apakah ia benar-benar mensyukuri nikmat Allah atau tidak.

Kalau ketiga rangkaian ini dipahami dengan benar dan diamalkan, maka rasa syukur tersebut akan dihaturkan benar-benar kepada Allah Swt. sehingga Allah akan menambahkan dan memberkahi rezekinya dengan berlipat ganda, tetapi kalau ketiga rangkaian tersebut tidak benar maka yang terjadi adalah rasa kufur terhadap nikmat Allah yang mengakibatkan ia mendapat azab yang pedih, sesuai dengan firman Allah; "Jikalau kamu bersyukur terhadap nikmat-Ku niscaya akan Ku tambah tetapi jika engkau kufur maka sungguh azab-Ku sangatlah pedih", (QS. Ibrahim: 7).

Akahirnya kita hanya bisa berdo'a mudah-mudahan kita tergolong hamba-hamba-Nya yang bersyukur dan tidak termasuk dalam catatan yang diazab di akhirat kelak. Ya Allah ampunkanlah hamba-Mu yang jarangbersyukur ini dan berilah karunia syukurmu dan cantumkanlah kami dalam daftar orang-orang yang Engkau kasihi dan ampuni. Amiiin 

 

_____________________________________________

Dikutip dari buku Medan Dakwah (kumpulan lembar Dakwah Jum'at As-Safiir) HMM.

 

 

home

 

 

 

[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

© Himpunan Mahasiswa Medan Mesir 2002

     Silakan menyalin atau mengutip isi atau sebagian dengan mencantumkan sumber HMM Online

Kirim artikel/saran/kritikan 

Kontak Webmaster