[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

>>>Dakwah As-Safiir

 

Muslim Senantiasa Menyebar Rasa Damai

Oleh Muhammad Rahmatullah  

 

Dari Abdullah bin ‘Ash berkata: Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. “Apakah sebaik-baik tabi’at yang dimiliki seorang muslim? Rasulullah saw. menjawab: “Yaitu dapat menjaga keselamatan orang-orang muslim dari kejahatan perkataannya dan tangannya”. (HR. Muslim)

 

Rasa aman dan damai adalah merupakan suatu hal yang sangat mahal harganya. Setiap individu didunia ini senantiasa mencari dan berupaya untuk menciptakan suasana aman dan damai. Karena dalam situasi aman dan damai seseorang dapat menikmati, berpikir, dan berkarya serta membangun. Namun sebaliknya dalam suasana yang “kacau balau” seseorang akan terkuras pikirannya untuk penyelesaian segala bentuk kekacauan yang menimbulkan kerisauan, dan keresahan tersebut, hingga akhirnya ia tidak sempat untuk berkarya dan membangun cita-citanya alias “lari ditempat”.

 

Sabda Rasulullah diatas adalah merupakan jawaban beliau terhadap pertanyaan seorang sahabat yang bernama – menurut para ahli hadits — Abu Musa al-‘Asy’ari tentang sebaik-baik perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim.

 

Pada kajian sebelumnya penulis telah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah yang memuat hal-hal yang dapat menciptakan kedamaian dalam hidup bermasyarakat, yaitu memberi makan kepada orang-orang yang membutuhkan dan menyebarkan salam. Dan pada kajian kali ini penulis menyampaikan hadits Rasulullah yang menganjurkan kita untuk menghindarinya, yaitu menyakiti orang dengan lidah (baca: perkataan) dan tangan (baca: perbuatan).

           

Hikmah yang terdapat didalam Hadits

Kita maklumi bersama bahwa Rasulullah saw. tidak pernah lepas dari kontrol Allah swt. karena memang status Beliau sebagai utusan Allah, hingga apa yang diucapkannya pun pasti memiliki hikmah yang maha dalam. Seperti mengapa Rasulullah hanya mengkhususkan lidah dan tangan didalam haditsnya ?. Karena kedua instrumen tersebutlah yang sangat potensial untuk menimbulkan kekacauan dan keresahan dilingkungan masyarakat, namun sebaliknya kedua hal tersebut juga sangat potensial untuk menciptakan suasana aman dan damai yang senantiasa didambakan setiap orang dan masyarakat. Maka dari itu Rasulullah saw. mengkhususkan didalam haditsnya kepada dua hal yaitu lisan dan tangan, dari sekian anggota tubuh manusia yang ada.

 

Melalui lisan orang dapat berbohong, mengadu domba, membuat pernyataan yang dapat menimbulkan keresahan, menghina dan mencaci maki, menteror, mengancam (intimidasi), menceritakan hal atau keadaan orang lain yang mana hal tersebut tidak disenanginya (baca: ghibah), membuat pernyataan palsu. Kemudian lewat tangan, orang dapat mencuri, menodong, menganiaya, memeras, bahkan jauh dari itu orang dapat membunuh. Semua hal diatas muaranya adalah satu yaitu menimbulkan kekacauan dan kegaduhan disebuah komunitas masyarakat. 

 

Kemudian mengapa Rasulullah lebih mendahulukan lidah dari pada tangan didalam sabdanya ? Karena, bila kita amati secara seksama, memang efek negatif yang dimunculkan oleh lidah lebih besar dan lebih umum bila dibanding dengan tangan. Dengan lisannya seseorang dapat menyakiti keluarganya, orang dilingkungannya bahkan semua orang disuatu negara dapat terluka atau merasa resah dengan sebuah perkataan atau pernyataannya. Orang yang telah meninggal dunia pun dapat menjadi objek pembicaraannya. Jadi, lidah tersebut dapat memberikan efek negatif baik buat orang-orang tertentu maupun orang banyak, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.  Tidak demikian halnya dengan tangan, dengan tangan orang hanya dapat menyakiti orang-orang yang ada dihadapannya. Tetapi walaupun demikian tangan akan mempertanggung jawabkan seluruh perbuatan yang dilakukannya didunia sebagaimana firman Allah swt: “Pada hari ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan”. (QS. Yasiin: 65). Firman Allah ini adalah gambaran tentang keadaan di hari akhirat. Pada saat itu tanganlah yang bicara, sementara mulut manusia ditutup dan kaki mereka akan menjadi saksi. Kenapa tangan yang berbicara ?, karena tanganlah yang dominan melakukan perbuatan seperti mencuri, menodong, memukul, menganiaya, membuat kerusakan, memeras, bahkan membunuh adalah tangan.

 

Korelasi hadits dengan fenemona sekarang  

Seperti fenemona yang terjadi saat ini yaitu banyak kelompok yang berkoar-koar, ribut menyalahkan, menyampaikan keritikan sana dan sini, sehingga menimbulkan beberapa efek-efek negatif. Tapi sayangnya, efek negatif yang muncul tidak hanya dirasakan oleh satu orang atau kelompok yang dituju, tetapi jauh meluas. Orang lain yang berada disekitarnya yang tidak mengerti permasalahan pun turut ikut kebagian, ketentraman dan kedamaian orang banyak terganggu. Sementara permasalahan yang mereka ributkan masih dapat dibicarakan, didiskusikan dan disampaikan secara tertutup tanpa harus berkoar, ribut sana dan sini yang nota benenya untuk mencari perhatian, tetapi orang lain yang tidak mengerti permasalahan ikut merasa resah dan terancam ketentramannya.

 

Memang prinsip yang mereka pakai dan sering kita dengar adalah untuk meluruskan dan membenarkan segala bentuk penyelewengan, tetapi bila akhirnya menimbulkan kekacauan, kiranya perlu untuk ditinjau kembali.

 

Islam tidak melarang, bahkan memerintahkan kita untuk menegakkan hal yang ma’ruf dan membunmi hanguskan hal yang mungkar, tetapi Islam tidak mendukung hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan dan keresahan. Karena Islam adalah agama yang damai, sebagaimana defenisi dari Islam itu sendiri yang diambil dari kata “salima” yang berarti selamat, aman dan damai. Bila kita kembali mengenang sejarah pembebasan kota Makkah yaitu ketika Rasulullah saw akan memasuki kota Makkah untuk memerangi orang-orang kafir Quraish beliau berkata: “Bagi siapa yang memasuki rumah Abu Sofyan maka ia akan aman, bagi siapa yang menutup pintu rumahnya maka ia akan aman  dan bagi siapa yang masuk kedalam Masjidil Haram maka ia akan aman”. Walaupun pada saat itu Rasulullah saw. ingin memerangi orang-orang kafir tetapi beliau tetap memegang prinsip bahwa Islam itu datang untuk menyebar kedamaian dan ketentraman. Sehingga beliau tidak memerangi orang-orang yang berada di rumah dan didalam Masjidl Haram.    

 

Banyak hadits Rasulullah saw. yang mengingatkan kita untuk senantiasa waspada terhadap efek negatif yang dapat ditimbulkan lidah. Seperti hadits beliau: “Sesungguhnya kebanyakan kesalahan pada anak Adam terdapat pada lisannya”, dan “Barang siapa yang berimana kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau diam sama sekali”, dan sabda beliau yang lain “Diam itu menunjukkan kebijaksanaan/keteguhan hati dan hanya sedikit orang yang melakukannya”.    

 

Sebagaimana penulis sampaikan terdahulu, bahwa lidah dan tangan juga potensi untuk menciptakan suasana aman dan damai. Yaitu lidah digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang baik, tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menimbulkan permusuhan dan kegaduhan, dipergunakan untuk berzikir, menasehati, mengajarkan suatu ilmu yang baik. Kalaupun ingin menyampaikan suatu teguran, sampaikanlah dengan cara damai tidak frontal dan membabi buta (baca: bilhikmati wal mau’izhatil hasanah (QS. an-Nahl: 125),  apa lagi sampai menimbulkan kerugian baik moril maupun materil.

 

Dan tangan digunakan untuk menolong dan membela yang lemah, bergotong royong, bekerjasama, saling dukung dalam membangun, memberi sedekah dan berkarya untuk dinikmati orang banyak.

 

Akhirnya, mari kita camkan bersama dalam diri kita apa yang disampaikan Rasulullah dalam sabdanya: Maukah kamu aku ajarkan suatu perbuatan yang mana badan (tubuh) merasa ringan untuk melakukannya tetapi nilainya sangat berat di timbangan (hari akhirat) ? Abu Dzar menjawab: “ sudah tentu..” Rasulullah berkata: diam (tidak banyak bicara), berkelakuan baik (beraklaqul karimah) dan meninggalkan apa yang tidak penting bagimu”.

 

Wallahu A’lam  

 

 

home

 

 

 

[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

© Himpunan Mahasiswa Medan Mesir 2002

     Silakan menyalin atau mengutip isi atau sebagian dengan mencantumkan sumber HMM Online

Kirim artikel/saran/kritikan 

Kontak Webmaster