[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

>>>Dakwah As-Safiir

 

Eksistensi Akhlaq Dalam Kehidupan Muslim
Oleh: Nur Azizah

 


Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhny Aku diutus untuk menyempurnakan keluruhan akhlaq". (HR. Malik)

Krisis moral dan kepribadian menjadi sebuah fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sadar atau tidak, ternyata kita telah meninggalkan konsep akhlaq Islami dalam kehidupan sehari-sehari. Bahkan terkadang lupa dengan qudwah nabi Muhammad Saw. yang menjadi panutan bagi segenap muslim.

Sehinga akibat adanya krisis moral yang terjadi, khususnya di negara kita Indonesia, sering terdengar berita di televisi maupun media massa pelbagai macam kriminalitas, seperti pembunuhan, penodongan, pemerkosaan, perampokan dan lain sebagainya. Seoplah-olah hidup didunia yang gelap, tidak merasakan sentuhan kasih sayang dan tidak lagi mengenal akan persahabatan yang tulus. Semuanya itu terjadi, karena kita telah melupakan pedoman hidup sesungguhnya yaitu al-quran dan qudwah nabi Muhammad Saw. Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai akhlaq, ada baiknya kita mengetahui akan hakikat akhlaq yang sebenarnya. 

A. Hakikat Akhlaq

Akhlaq merupakan gabunganiman dan amal sholeh, dua kata yang senantiasa berdampingan dalam al-Quran. Iman berada dalam jiwa sedangkan amal sholeh terealisasi dalam prilaku. Kedua bagian tersebut senantiasa saling terkait dan berhubungan serta membutuhkan satu dengan yang lainya. maka hasil dari iman dan amal sholeh akan tercipta akhlaq yang mulia. Karena, iman adalah kumpulan kebenaran yang dipahami dan diyakini secara muthlaq yang akan mengarahkan pemikiran, membentuk kemauan dan meluruskan prilaku. Sedangkan amal sholeh merupakan kumpulan tindakan dan sikap yang lahir dari kesadaran berfikie, nilai-nilai kebenaran dan kebaikan serta keinginan kuat.

Maka, akhlaq adalah nilai-nilai dan pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu nampak dalam bentuk tindakan-tindakan dan prilaku-prilaku yang bersifat tetap dan alami. Jadi, jika nilai-nilai Islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal sholeh pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.

Dalam satu hadits diriwayatkan, Rasulullah Saw. bertanya kepada sahabat; " Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk pada majlis terdekat denganku dihari kiamat ?" Kemudian beliau mengulangi pertanyaan itu. Dan pada pengulangan yang ketiga, para sahabat seperti terhenyak lalu bertanya; "Iya, wahai Rasulullah". Maka Rasulullah Saw. pun bersabada: "Orang-orang yang paling akhlaqnya diantara kalian". (HR. Ahmad).

Begitulah Rasulullah Saw. menjelaskan kedudukan orang yang berakhlaq mulia diakhirat. Karena ajaran Islam terakhir yang beliau bawa setelah akidah dan syari'at adalah akhlaq, sesuai dengan sabda beliau; "Sesungguhnya Aku diutus hanya untuk menyempurnakan keluruhan akhlaq" (HR. Malik). Maka iman yang bersemai dalam jiwa tak akan pernah bisa sempurna sebelum ia mampu membangkitkan jiwa seseorang yang mendiring keluarnya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan sehingga terealisasi dalam sikap dan prilaku. Rasulullah Saw. bersabda; "Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya diantara kamu"; (HR. Tarmizi dari Abu Hurairah). Maka untuk membentuk prilaku dan akhlaq mulia, Allah Swt. mewajibkan berbagai macam ibadah mahdhah. Dan jika ibadah-ibadah itu tidak berujung dengan akhlaq yang mulia, maka ia tidak sempurna dan sia-sia. Sebagaimana firman Allah Swt. "Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar"; (QS.29:45). "Ambillah sebagian dari harta-harta mereka berupa sedekah agar engkau membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengannya"; (QS:9:103).

B. Eksisitensi akhlaq dalam Islam. 

Islam menempatkan akhlaq pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam beberapa hal diantaranya;

Rasulullah Saw. diutus kepada umatnya dengan membawa risalah yang telah diwahyukan Allah swt. melalui Jibril, diantaranya yaitu untuk menyempurnakan akhlaq. Sebagai mana sabda Rasulullah Saw. dalam salah satu haditsnya; "Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluruhan akhlaq", (HR. Malik).

Mendefenisikan agama sebagai akhlaq yang baik. Dalam sabda Rasulullah saw. ketika beliau ditanya tentang makna agama, beliau menjawab; "bahwa agama adalah akhlaq yang baik".

Timbangan yang paling berat pada hari Kiamat adalah akhlaq mulia. Rasulullah Saw. besabda; "Timbangan yang berat pada hari perhitungan nanti adalah taqwa kepada Allah dan akhlaq mulia".

Orang-orang mukmin yang bagus keimanannya dan lebih baik diantara mereka adalah yang paling mulia akhlaqnya. Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan bahwa Islam menempatkan akhlaq di posisi yang sangat tinggi. 

Sebagaimana qudwah kita, Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlaq yang baik dan sifat-sifat mulia. Dengan sifat-sifat tersebut, beliau mampu membawa risalah yang Allah Swt. amanatkan kepadanya dengan membuahkan hasil yang memuaskan, diantaranya dengan melahirkan generasi-generasi yang tangguh dan memiliki iman serta ketaqwaan kepada Allah Swt. Sehingga, tak jarang beliau mendapat acungan jempol dari musuh-musuhnya dikarenakan akhlaqnya yang mulia.

Dan setelah kita mengetahui akan pentingnya akhlaq mulia dalam Islam, timbul pula satu pertanyaan, adakah kita mampu membentuk akhlaq yang mulia dalam kepribadian kita sehari-hari ? dan mampukah kita merubah tabiat buruk seseorang dan membimbingnya untuk berakhlaq baik ?. 

Ada beberapa hal yang harus diketahui; 

Akhlaq yang baik secara umum dapat dibentuk didalam diri kita, karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk berakhlaq yang mulia dan menjauhi akhlaq yang buruk. Dan jikalau hal ini tidak mungkin ditetapkan kepada manusia pasti Allah tidak akan mentaklifkan kepada manusia karena Islam tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil kepada umatnya. Dan hal ini berdasakan kemampuan yang dimiliki setiap individu dan juga ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

Umumnya manusia itutelah dianugerahi oleh sebagian akhlaq, dan akhlaq-akhlaq ini bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sabda Rasulullah Saw. kepada Abdul Qais; "Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah Swt. dan Rasul-Nya menyukai keduanya yaitu kelembutan dan kesabaran"; kemudian ia bertanya kepada Rasulullah; "saya akan berakhlaq dengan keduanya, apakah Allah Swt. telah menciptakan keduanya kepadaku ?". Rasulullah Saw. bersabda "bahkan kedua-duanya diciptakan kepada engkau", maka ia menjawab; "alhmadulillah Allah Swt. telah menciptakan kedua sifat kepadaku yang mana Allah dan Rasul-Nya menyukai keduanya". 

Adapun cara-cara dalam membentuk akhlaq yang baik :

a. Mengetahui macam-macam akhlaq yang baik yang telah ditetapkan dalam agama Islam dan juga macam-macam akhlaq yang buruk yang telah dilarang oleh Islam. Hal ini sangat penting sekali karena jikalau tidak diketahui oleh seseorang muslim bagaimana ia bisa membedakan akhlaq yang baik dan akhlaq yang tidak baik. 

b. Seseorang muslim juga harus mengetahui dan menyadari akan pentingnya ia berakhlaq yang baik karena hal ini berhubungan dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. sebagaimana ia juga harus mengetahui akan bahayanya berakhlaq yang buruk.

c. Tidak cukup hanya dengan mengetahuinya saja, tapi juga harus direalisasikan dalam prilaku sehar-hari sebagai bukti nyata dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. karena akhlaq yang buruk itu menunjukkan lemahnya keimanannya kepada sang Khaliq, tapi akhlaq yang mulia menunjukkan tingginya iman dan taqwa kepada Allah swt. 

d. Memelihara ma'ani-ma'ani aqidah Islam dalam diri karena ia merupakan kunci keimanan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya yang bisa membuka jiwa dalam menerima akhlaq-akhlaq Islami serta merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari.

Dan masih banyak lagi cara-cara dalam membina dan membentuk akhlaq yang Islami. 

Sekarang kita telah mengetahui bahwa akhlaq merupakan sesuatu yang terbuka untuk pengembangan, yang memerlukan pendidikan dan latihan secara kontinyu sehingga menjadi tabiat dan karakter yang melekat dalamkehidupan seharihari yang tentunya kita tetap berqudwah kepada baginda kita nabi Muhammad Saw. Wallahu A'lam 

_____________________________________

Dimuat dilembaran Dakwah Jum'at As-Safiir HMM , edisi 33;  Jum'at, 23 Agustus 2002 M

 

 

home

 

 

 

[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

© Himpunan Mahasiswa Medan Mesir 2002

     Silakan menyalin atau mengutip isi atau sebagian dengan mencantumkan sumber HMM Online

Kirim artikel/saran/kritikan 

Kontak Webmaster