|
Ustadz H. Indra Perkasa Lubis, S.Ag;
(Pimpinan Harian Pesantren Darul Arafah
Medan)
"Mahasiswa Medan disini cukup kreatif dan
dinamis"
Realitas dakwah hendaknya harus diselaraskan dengan faktor empiris kegiatan dakwah disuatu daerah demi memaksimalisasi suatu dakwah agar mencapai target-target yang diinginkan. Kita yang nota bene mahasiswa Medan hendaklah harus menyiapkan bekal agar nantinya kita pulang ketanah air dapat menjadi da'i-da'i yang mumpuni, berakhlak dan dapat dirasakan kiprahnya di Medan. Sudah barang tentu selain kecakapan akademik juga harus disertai dengan pengalaman-pengalaman dan informasi-informasi tentang keadaan Medan Dakwah yang akan dihadapi. Berikut ini petikan wawancara ekslusif reporter Generasi bersama Ustadz H. Indra Perkasa Lubis, S.Ag selaku Pimpinan Harian Pesantren Darul Arafah yang mengikuti pelatihan Bahasa Arab yang diselenggarakan atas kerjasama Universitas Al Azhar dengan Departemen Agama RI sebagai utusan dari Sumatera Utara Medan.
Mungkin Bapak kesini tentu ada maksud dan tujuan tertentu, mungkin bisa diterangkan secara singkat, kira-kira tujuan kesini apa, terus dalam rangka apa, mungkin kita bisa tahu terlebih dahulu untuk perkenalan
pertama ?
Saya datang kemari, pertama yang paling khusus adalah dalam rangka undangan pelatihan Bahasa Arab yang diselenggarakan oleh Universitas Al Azhar bekerja sama dengan Depag RI, yang kedua saya berminat untuk melihat dari dekat Universitas Al Azhar yang sudah lama saya ketahui dari beberapa teman dan guru saya, serta anak-anak saya yang belajar disini, jadi saya ingin melihat secara langsung kegiatan harian mereka selama belajar di Universitas Al Azhar, sehingga dengan begitu saya bisa menjelaskan nantinya kepada santri atau masyarakat Medan yang mungkin meneruskan pendidikan anak-anak mereka ke Universitas Al Azhar ini.
Ok, mungkin ada pertanyaan yang cukup menarik perhatian kita, kenapa harus Mesir yang menjadi tujuan utama pelatihan, padahal masih banyak negara arab yang lain
?
Mungkin fasilitas itulah yang ada atau yang meminta hanya Al Azhar dalam artian bahwa di universitas lain atau negara lain di Timur Tengah belum diadakan, yang kedua mungkin juga sekarang atau saat ini pejabat-pejabat di Depag RI banyak lulusan alumni Universitas disini, sehingga kaitan antara mereka sebagai alumni dengan Al Azhar sangat erat sekali, jadi mereka bisa membina hubungan antara Depag RI dengan al Azhar dan saya tidak melihat bahwa Al Azhar merupakan tujuan utama. saya dengar sudah hampir 2200 orang yang kuliah disini, namun itu –mungkin- karena kemudahan dari Al Azhar sendiri, kalau misalnya anak-anak kita bebas untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Madinah mungkin banyak yang menuju ke tempat itu, namun karena keterbatasan untuk bisa kuliah disana, di Qatar atau negara Timur Tengah yang lain, maka universitas al Azharlah yang menjadi tujuan mereka disamping urusannya yang gampang dan tidak memerlukan testing sebagaimana di universitas yang lain.
Jadi memang yang mendasar itu karena Al Azhar sendiri agak membuka dalam hal pendaftaran dan tidak membatasinya dengan adanya utusan resmi atau terjun bebas .
Kira-kira apa tangapan Bapak secara umum terhadap Mesir dan kreatifitas atau aktifitas mahasiswanya, setelah beberapa hari Bapak berada disini ?
Secara pribadi saya melihat mahasiswa disini belajar dengan baik dan memang sangat tergantung pada pribadi masing-masing, dalam artian kalau mahasiswa itu mempunyai kualitas belajar yang baik, Insya Allah akan menjadi baik, tapi sebaliknya, apabila kualitas belajarnya kurang baik mungkin kita tidak berharapbanyak dari dia untuk mendapatkan yang terbaik, kemudian saya melihat Al Azhar itu terbuka dan juga disiplin pendidikan di Al Azhar sendiri sepertinya mengarah kepada satu hal keterbukaan, jadi tidak ada kaitan atau keterikatan dengan peraturan-peraturan yang dibuat ditempat-tempat lain, jadi terkesan Al Azha seperti memberi kebebasan seluas-luasnya terhadap mahasiswanya, sampai terdengar bahwa seorang mahasiswa tidak perlu masuk kuliah dan hanya belajar, mendaftar kemudian ikut ujian, itu kan satu hal keterbukaan dimana kalau kita mau ya pasti bisa tapi kalau tidak mau tentu tidak akan mampu.
Kira-kira menurut Bapak sendiri yang telah lama berkiprah didunia kepesantrenan, khususnya Medan, bagaimana kiprah alumni dari Mesir disana, apalagi di Medan ada namanya kumpulan alumni Mesir yang bernama As-Safiir,
mungkin bapak bisa memberikan deskripsi secara singkat ?
Lapangan dakwah, alhamdulillah kita telah melihat kiprah alumni Timur Tengah khususnya di kotamadya Medan atau daerah Sumut. Mereka juga tampil dan membawa dampak yang baik dalam dakwah dan kita juga merasakan atau melihat secara langsung, bahkan banyak alumni Timur Tengah sangat konsisten dalam keilmuan, khususnya keilmuan dalam agama untuk membawa masyarakat kearah yang lebih baik, namun saat ini saya juga masih melihat keminiman alumni-alumni yang sebenarnya dibutuhkan lebih banyak dari yang sekarang, jadi kita melihat, mahasiswa Sumut yang masih belajar disini masih sangat diharapkan di Sumut. Artinya lapangan itu masih terus terbuka karena dibutuhkannya tenaga-tenaga pendidik agar penyebarannya tidak hanya berkisar di kota Medan saja, tapi juga tersebar merata kedaerah dan pelosok-pelosok. Walaupun untuk kedaerah sedikit sekali yang berminat sehingga penyebarannya terpusat dikota saja.
Bagaiman kiprah alumni Mesir didunia kepesantrenan, khususnya di Darul Arafah sendiri ? dan kita juga tahu bahwa kiprah Gontor dalam dunia pesantren telah banyak kita rasakan hasilnya, kalau boleh dikatakan cukup
berhasil ?
Terus terang, berbicara tentang Gontor –kebetulan saya juga alumni Gontor- mereka boleh dikatakan telah berhasil dalam peningkatan Bahasa Arab, dan kaitannya dengan pesantren di Medan kiprah mereka cukup baik dan kita masih terus membutuhkan tenaga-tenaga pendidik lebih banyak lagi, dan saya khususnya di Darularafah ketika ustadz-ustadz senior mulai meninggalkan pesantren, justru alumni-alumni Al Azhar yang banyak membantu saya sehingga saya mampu meneruskan estafet kepemimpinan pesantren, dan kita memang masih butuh tenaga-tenaga pendidik yang lebih banyak lagi agar bisa tersebar kedaerah-daerah secara merata.
Apa kesan dan pesan bapak untuk Himpunan Mahasiswa Medan (HMM) ?
Kesan saya baik, Mahasiswa Medan disini cukup kreatif dan dinamis, saling menyatu dan akrab, dan ini harus dipertahankan. Al Azhar sendiri tidak mewajibkan mahasiswanya kuliah, kita masih tetap mahasiswa. Keterbukaan dan kebebasan ini yang menjadikan kita lebih kreatif sehingga memotivasi kita untuk lebih serius belajar, karena keberhasilan kita tergantung kepada kesungguhan dan ketekunan kita.
Dan pesan saya, belajarlah yang baik dan akademik harus ditingkatkan lagi. Apalagi tahun ini prestasi akademik HMM merosot dan kalau boleh dibilang menurun, kita jadikan ini sebagai intropeksi diri. Mari saling tolong menolong, bantu membantu dalam belajar dan penguasaan materi diktat kuliah. Dan saya harap jangan dipaksakan, kalau sulit, yah… harus kita akui dan tidak boleh dipaksakan sehingga rugi dana dan umur, kalau dana masih bisa dicarikan gantinya tetapi kalau umur tidak bisa diganti. Dan untuk strata 2 (S2) lebih baik di Indonesia saja, tidak usah terlalu mengejar gengsi/prestise kalau harus memakan waktu yang lama dan sulit, kan lebih baik di Indonesia bisa lebih cepat mengabdi di masyarakat, juga dalam karir prospeknya bisa lebih cerah.
______________________________________
Dimuat
dibuletin Generasi HMM Edisi IV Thn I Jumadil Akhir– Rajab 1423 H /
September - Oktober 2002 M
home
|
|