|
SPA atau Dewan, Mana
yang Ideal ?
oleh Asnan Purba
Dalam sebuah organisasi apapun aspirasi anggota adalah wujud dari kepedulian anggota terhadap organisasi tersebut, aspirasi itu bisa berupa saran, koreksian, bahkan kritikan yang ujung-ujungnya untuk kemajuan dan kelanggengan organisasi tersebut. Organisasi yang baik mampu men-fasilitasi, menginterpretasi, menampung dan mewujudkan aspirasi suara anggotanya. Apabila sebuah organisasi menutup pintu aspirasi anggotanya maka organisasi tersebut lambat laun akan ditinggalkan anggotanya dan pada akhirnya akan mati (vakum), karena sebuah organisasi tanpa partisipasi aktif dari anggotanya sama halnya dengan "wujuduhu ka 'adamihi". Disamping itu juga, harus bisa memilah-milah mana aspirasi yang konstruktif untuk kemajuan organisasi itu, bukan malah sebaliknya.
Himpunan Mahasiswa Medan (HMM) merupakan sebuah wadah organisasi para mahasiswa Medan untuk dapat mengembangkan bakat, kreatifitas dan menjalin silaturrahmi antar anggotanya, tidak terlepas juga dari kekurangan-kekurangan yang harus di evaluasi, hal ini terlihat dari aspirasi anggota yang kembali mempersoalkan keberadaan dewan HMM, AD/ART dan legitimasi SPA yang dalam organisasi lain umumnya adalah keputusan tertinggi dari sebuah organisasi, hal ini berbeda dengan HMM yang menjadikan dewan HMM adalah struktur tertinggi penentu kebijaksanaan dalam organisasi. Menanggapi hal ini ketua dewan HMM Muhammad Rahmatullah berkomentar, "Kita melihat hal ini adalah wajar, bahwa aspirasi anggota SPA harus diatas daripada dewan karena mereka belum mengetahui sejarah apa yang melatarbelakangi adanya dewan HMM itu untuk apa dewan itu dibentuk dan memegang keputusan organisasi yang tertinggi dalam HMM." Sementara itu ketua HMM Fery Muhammadsyah ketika diminta komentarnya mengatakan, "memang sudah sepatutnya SPA diatas sebagiamana lazimnya organisasi lain, dan saya melihat itu adalah hal yang wajar tetapi hendak juga melihat pada kondisi dan situasi HMM itu sendiri dan hal ini harus sama-sama kita carikan jalan keluarnya guna mencapai kesepakatan bersama demi menghindari perpecahan dan konflik". Para anggota pun dalam menyikapi hal ini juga berbeda, ada yang melihat perlu diadakannya perubahan dan ada pula yang berpendapat kita cukup berjalan dengan apa adanya demi menghindari perpecahan dan disintegrasi. Yasir salah seorang anggota HMM berkomentar "sudah selazimnya SPA itu diatas karena SPA merupakan suara anggota, dan anggota sendiri lebih tahu akan keadaan HMM disamping juga keberadaan dewan yang kita rasakan kurang merata dan belum mewakili segmen-segmen anggota yang ada".
Menilik aspirasi yang ada akan keberadaan dewan HMM sebagai struktur tertinggi organisasi yang kurang aspiratif, ada benarnya juga, karena anggota dewan tersebut belum mewakili segmen-segmen yang ada di tubuh HMM, juga karena dalam tubuh dewan HMM, ada beberapa personal anggota dewan yang telah kembali ketanah air, dan tidak ada penggantinya serta tidak adanya undang-undang yang jelas mengenai keberadaan anggota dewan yang sudah kembali ketanah air disamping masa tugas mereka tidak terbatas, serta kriteria dewan yang masih sangat global dan umum, sehingga bisa menimbulkan interpretasi-interpretasi (penafsiran) yang berbeda-beda pula. Tetapi komentar Suhendri malah sebaliknya dengan lugas ia mengatakan, "HMM kan milik kita, tentu tidak bisa kita samakan dengan organisasi lain dan kita pulalah yang menentukan kemana lajunya HMM itu sendiri, selagi masih baik apa salahnya tetapi kalau sudah tidak ada fungsinya, mari sama-sama kita musyawarahkan kembali mana yang baik, tindakan apa yang harus kita lakukan, jangan langsung memvonis ini harus dirubah tanpa melihat kondisi dan situasi yang ada". Tetapi ada juga yang berusaha menengahi perdebatan tersebut salah dengan mengatakan, "kita melihat adanya tuntutan perubahan terhadap AD/ART dan struktur HMM sifatnya adalah kondisional, kita tinggal mengambil skala prioritas mana yang aslah dan lebih baik, sejarah perjalanan HMM dari masa kemasa bisa kita jadikan cerminan untuk merespon tuntutan perubahan tersebut, kalau memang sudah siap dan mampu SPA diatas dari dewan saya rasa itu tidak ada salahnya karena lazimnya sebuah organisasi itu SPA harus diatas tetapi kalau kita belum siap kenapa harus dipaksakan, kita juga harus melihat kebutuhan keluarga kita demi untuk menghindari perpecahan dan konflik", komentar Sabaruddin.
Dalam menanggapi aspirasi tersebut akhirnya diadakanlah sebuah forum untuk menjembatani aspirasi anggota dengan dewan HMM sebagai mediatornya adalah ketua HMM, acara yang cukup lama ini akhirnya menyepakati pembentukan tim yang terdiri dari perwakilan anggota dan dewan HMM sendiri untuk merevisi kembali AD/ART dan struktur HMM dengan catatan perwakilan anggota haruslah mereka yang hadir pada forum tersebut agar dalam kerjanya tidak terjadi misunderstanding (kesalahpahaman). Ada yang menanggapi positif terbentuknya tim ini tetapi ada juga yang pesimis, "sama saja tidak akan berubah yang namanya dewan itu" komentar salah seorang yang tidak mau disebutkan namanya. Akhirnya setelah tiga malam tim bekerja keras merevisi AD/ART dan struktur HMM dicapailah kesepakatan bahwa dewan HMM tetap yang tertinggi tetapi AD/ART pada SPA akan datang bisa dibahas dan tidak hanya sekedar dibacakan, juga kriteria dewan lebih diperinci dan diperjelas lagi sehingga menghilangkan penafsiran yang beraneka ragam, serta merupakan perwakilan anggota dari segmen-segmen yang ada di HMM.
Ketua HMM menanggapi hasil tersebut mengatakan, "ini sudah baik, mudah-mudahan dapat mewakili aspirasi anggota dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin selama tiga malam dan bahkan sampai menjelang subuh merevisi AD/ART ini, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk kita evaluasi kembali karena semua manusia punya keterbatasan dan kealpaan". Hal senada juga diutarakan oleh ketua dewan HMM dan ucapan terima kasih kepada tim yang telah berusaha keras, "mudah-mudahan hasil ini bisa tersosialisasi dengan baik dan anggota dapat menerima dan memakluminya". Anggota dalam hal ini menyambut baik dan melihat ini adalah hal yang positif guna menjajaki kemungkinan SPA bisa diatas pada tahun depan insya Allah.
Ala kulli hal keidealan sebuah organisasi tergantung kepada kebutuhan, serta situasi kondisi organisasi tersebut, karena keterbatasan dan kekurangan selalu terus menyertai kita. Subjektifitas dan objektifitas akan selalu saling silih berganti dalam menyikapi berbagai macam persoalan, klaim-klaim keberpihakan akan terus berlomba-lomba untuk menguasai opini yang ada demi kemaslahatan yang tertentu. Kita sebagai anggota hendaknya jeli dalam merespon ide-ide yang ada, mari kita utamakan persatuan dan klaim-klaim persaudaraan demi menghindari perpecahan dan konflik, tetapi kita juga tidak harus alergi untuk menghadapi perubahan yang ada, karena permasalahan itu bukan untuk dihindari tetapi dihadapi dan diatasi serta dicarikan solusinya. Mari kita menghargai hasil kerja keras tim dengan selalu berusaha menutupi kekurangan yang ada, dan harus diketahui bahwa "Ainu ar Ridha dan Ainu as Sukhti" akan selalu berperan dalam sebuah penilaian hasil kerja. Mudah-mudahan hal ini kita jadikan pembelajaran agar dimasa-masa mendatang HMM bisa lebih baik dan lebih cerah lagi. Semoga…….
______________________________________
Dimuat
dibuletin Generasi HMM Edisi IV Thn I Jumadil Akhir– Rajab 1423 H / September - Oktober 2002 M
home
|
|