[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

>>>Artikel

 

ISLAM AGAMA PERDAMAIAN
oleh Sabaruddin Bisri


Semenjak masa pertumbuhannya hingga kini, Islam acap sekali menerima tuduhan-tuduhan dan isu-isu negatif yang merugikan dan mencemarkan nama baik Islam dan umatnya. Baik dari musuh-musuh Islam maupun dari kalangan mereka yang terjangkit penyakit Islam phobia.

 

Sehingga tidak jarang muncul pernyataan-pernyataan seperti; Islam tersebar dengan perang dan pedang, Islam kerap bersimbah darah, Islam adalah agama para drakula yang haus darah dan nyawa, dan terakhir muncul tuduhan, Islam agama para teroris, seolah-olah Islam identik dengan terorisme.

 

Selain itu mereka (musuh-musuh Islam) juga melontarkan tuduhan bahwa agama Islam mengajarkan umatnya untuk memaksa umat-umat lain (selain Islam) memeluk akidahnya, dan membe rantas ajaran-ajaran atau akidah-akidah selain Islam yang ada di muka bumi ini, walaupun harus dilakukan dengan paksaan dan kekuatan. Padahal Islam terlepas dari isu-isu dan tuduhan yang mereka lontarkan tersebut, sebagaimana terlepasnya matahari dari kegelapan.

 

Sebagai landasan utama ajaran umat Islam, AlQuran tidak pernah mengajarkan untuk memaksa umat lain memeluk akidah Islam; “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.”(QS. AlKahfi: 29) “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.”(QS. AlBaqarah: 256) “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mererka”. (AlGhasyiyah: 21-22)

 

Dan tidak pula bertentangan ayat yang menganjurkan berjihad terhadap kaum kafir, “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka”(QS. At-Taubah: 73)
Anjuran jihad di sini sifatnya lebih umum dari pada anjuran qitaal (perang) yang lebih khusus. Karena berjihad bisa dilakukan dengan dialog, negosiasi dan adu argumen dengan memaparkan kebenaran yang dapat mengalahkan kebatilan. 

 

Sementara qitaal (perang) dilakukan dengan mengangkat senjata, dan dalam ajaran Islam perang dilakukan hanya dalam kondisi darurat, yaitu untuk menghadapi musuh yang memerangi atau mengusir umat Islam dari daerahnya, seperti perlawanan penduduk Palestina terhadap penggusuran yang dilakukan Israel, atau yang lebih aktual perlawanan penduduk Maroko terhadap pendudukan jazerah Laila oleh Spanyol. Nabi Muhammad saw dalam berdakwah dan mengembangkan Islam selama 23 tahun, beliau tidak pernah mengancam seorangpun dengan perang atau pembunuhan bila tidak memeluk agama Islam. Allah juga tidak pernah memerintahkan beliau untuk berbuat demikian. Karena tugas Nabi tidak lebih sekedar dari menyampaikan (al-balagh). “karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.” (QS.Ar-Ra’du:40). “Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathiir:23).

 

Ketika menghadapi kaum Yahudi Madinah, Nabi saw menyampaikan bahwa Islam tidak memaksa mereka memeluk ajaran baru (Islam), akan tetapi beliau mengajak berunding dan berdamai, dan menjadikan kaum Yahudi bagian dari masyarakat Madinah yang Islami.

 

Islam selalu memberikan kebebasan kepada mereka dalam beragama dan menjalankan syari’at. Tidak pernah ada seorang muslim pun yang mempersulit atau memarjinalkan mereka karena perbedaan akidah dan keyakinan. 
Dan ketika mereka melanggar perjanjian dan membuat makar untuk meme rangi umat Islam, Nabi mengelompokkan dan mengasingkan mereka ke suatu tempat, karena mereka sangat berbahaya dan akan menghambat masa depan Islam.
Kemudian Nabi juga pernah mengadakan perdamaian dengan kaum Nasrani Najran. Mereka adalah penduduk jazeerah Arabia, Nabi membiarkan mereka bebas memilih dan menjalankan syari’at yang mereka yakini, tanpa ada paksaan dan tekanan untuk memeluk agama Islam. Mereka dihadapkan dengan beberapa alternatif, antara lain; untuk memeluk Islam dengan pilihan sendiri, untuk berdamai atau perang (tentunya melalui proses keputusan yang mereka tentukan sendiri). 
Umat Islam dari dulu sampai sekarang, tidak pernah mengobarkan api peperangan terhadap siapa saja dengan tujuan agar memeluk agama Islam. Demikianlah metode Islam yang diterapkan Nabi dan Khulafaurrasyidin, baik di jazeerah Arabia maupun di tempat-tempat lain.

 

Kemudian surat-surat Nabi yang ditujukan kepada para pembesar dan kepala pemerintahan dari berbagai suku dan golongan ke seluruh jazirah arab sebagai seruan dan dakwah Islam, juga cukup untuk dijadikan bukti bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan toleransi, perdamaian dan tidak pernah memaksa orang lain untuk memeluknya.
Berikut adalah petikan dari surat Nabi kepada Raja Najashy Habasyah (Ethopia); "Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dari Nabi Muhammad kepada Raja Najashy Habasyah yang agung, salam sejahtera bagi yang mengikuti hidayah (petunjuk), beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba utusan Allah. Aku mengajakmu kepada seruan Allah, dan aku adalah utusan-Nya, berserahlah kepada Allah (peluklah agama Islam) engkau akan selamat. Dan jika enggan atau menolak maka engkau akan menanggung dosa umat Nasrani dari kaummu " .

 

Demikianlah ciri khas puluhan surat-surat Nabi Muhammad saw untuk menyeru raja-raja dan para penguasa yang tidak memeluk Islam pada zaman itu. 

 

Kalau kita membaca surat-surat Nabi yang terwakili dengan surat di atas, tidak terdapat satu kalimatpun yang menunjukkan ancaman atau pemaksaan.

 

Ada sebagian orang berpendapat, bahwa surat-surat Nabi menggunakan kalimat ancaman, seperti; ”peluklah agama Islam engkau akan selamat” Kalimat ini mempunyai konotasi ancaman, karena berarti bahwa “jika engkau tidak memeluk Islam maka engkau tidak akan selamat”

 

Pada hakekatnya kalimat ini adalah nasehat, bukan ancaman. Karena kalimat “engkau akan selamat” yaitu selamat di akherat dari kekekalan api neraka, bukan berarti selamat dari ancaman pedang umat Islam di dunia. 

 

Hal tersebut dikuatkan lagi dengan nada – yang dianggap seperrti mengancam bahwa “jika enggan (menolak Islam) maka engkau akan menanggung dosa umat Nasrani dari kaummu”.  Kalimat ini mempunyai implikasi konotasi panjang yaitu menanggung dosa di akherat, bukan di dunia.


Demikianlah Islam, jika dibaca dengan cermat dan bijaksana akan tampak jelas bahwa ia adalah agama yang penuh dengan toleransi dan perdamaian, serta jauh dari tuduhan terorisme.

 

________________________________________________________

Dimuat di buletin Generasi HMM Edisi III Jumadil 'Ula 1423 H./Juli - Agustus 2002 M.

 

 

 

 

home

 

 

 

[ Halaman muka ]      [ Tentang kami ]      [  Email kami ]     [ Buku tamu ]     [ Arsip ]

© Himpunan Mahasiswa Medan Mesir 2002

     Silakan menyalin atau mengutip isi atau sebagian dengan mencantumkan sumber HMM Online

Kirim artikel/saran/kritikan 

Kontak Webmaster