[ Halaman muka ] [ Tentang kami ] [ Email kami ] [ Buku tamu ] [ Arsip ] |
|||||
|
|||||
ISLAM AGAMA PERDAMAIAN
Sehingga tidak jarang muncul pernyataan-pernyataan seperti; Islam tersebar dengan perang dan pedang, Islam kerap bersimbah darah, Islam adalah agama para drakula yang haus darah dan nyawa, dan terakhir muncul tuduhan, Islam agama para teroris, seolah-olah Islam identik dengan terorisme.
Selain itu mereka (musuh-musuh Islam) juga melontarkan tuduhan bahwa agama Islam mengajarkan umatnya untuk memaksa umat-umat lain (selain Islam) memeluk akidahnya, dan membe rantas ajaran-ajaran atau akidah-akidah selain Islam yang ada di muka bumi ini, walaupun harus dilakukan dengan paksaan dan kekuatan. Padahal Islam terlepas dari isu-isu dan tuduhan yang mereka lontarkan tersebut, sebagaimana terlepasnya matahari dari kegelapan.
Sebagai landasan utama ajaran umat Islam, AlQuran tidak pernah mengajarkan untuk memaksa umat lain memeluk akidah Islam; “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.”(QS. AlKahfi: 29) “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.”(QS. AlBaqarah: 256) “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mererka”. (AlGhasyiyah: 21-22)
Dan
tidak pula bertentangan ayat yang menganjurkan berjihad terhadap kaum
kafir, “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka”(QS.
At-Taubah: 73)
Sementara qitaal (perang) dilakukan dengan mengangkat senjata, dan dalam ajaran Islam perang dilakukan hanya dalam kondisi darurat, yaitu untuk menghadapi musuh yang memerangi atau mengusir umat Islam dari daerahnya, seperti perlawanan penduduk Palestina terhadap penggusuran yang dilakukan Israel, atau yang lebih aktual perlawanan penduduk Maroko terhadap pendudukan jazerah Laila oleh Spanyol. Nabi Muhammad saw dalam berdakwah dan mengembangkan Islam selama 23 tahun, beliau tidak pernah mengancam seorangpun dengan perang atau pembunuhan bila tidak memeluk agama Islam. Allah juga tidak pernah memerintahkan beliau untuk berbuat demikian. Karena tugas Nabi tidak lebih sekedar dari menyampaikan (al-balagh). “karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.” (QS.Ar-Ra’du:40). “Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathiir:23).
Ketika menghadapi kaum Yahudi Madinah, Nabi saw menyampaikan bahwa Islam tidak memaksa mereka memeluk ajaran baru (Islam), akan tetapi beliau mengajak berunding dan berdamai, dan menjadikan kaum Yahudi bagian dari masyarakat Madinah yang Islami.
Islam
selalu memberikan kebebasan kepada mereka dalam beragama dan menjalankan
syari’at. Tidak pernah ada seorang muslim pun yang mempersulit atau
memarjinalkan mereka karena perbedaan akidah dan keyakinan.
Kemudian
surat-surat Nabi yang ditujukan kepada para pembesar dan kepala
pemerintahan dari berbagai suku dan golongan ke seluruh jazirah arab
sebagai seruan dan dakwah Islam, juga cukup untuk dijadikan bukti bahwa
Islam adalah agama yang mengedepankan toleransi, perdamaian dan tidak
pernah memaksa orang lain untuk memeluknya.
Demikianlah ciri khas puluhan surat-surat Nabi Muhammad saw untuk menyeru raja-raja dan para penguasa yang tidak memeluk Islam pada zaman itu.
Kalau kita membaca surat-surat Nabi yang terwakili dengan surat di atas, tidak terdapat satu kalimatpun yang menunjukkan ancaman atau pemaksaan.
Ada sebagian orang berpendapat, bahwa surat-surat Nabi menggunakan kalimat ancaman, seperti; ”peluklah agama Islam engkau akan selamat” Kalimat ini mempunyai konotasi ancaman, karena berarti bahwa “jika engkau tidak memeluk Islam maka engkau tidak akan selamat”
Pada hakekatnya kalimat ini adalah nasehat, bukan ancaman. Karena kalimat “engkau akan selamat” yaitu selamat di akherat dari kekekalan api neraka, bukan berarti selamat dari ancaman pedang umat Islam di dunia.
Hal tersebut dikuatkan lagi dengan nada – yang dianggap seperrti mengancam bahwa “jika enggan (menolak Islam) maka engkau akan menanggung dosa umat Nasrani dari kaummu”. Kalimat ini mempunyai implikasi konotasi panjang yaitu menanggung dosa di akherat, bukan di dunia.
________________________________________________________ Dimuat di buletin Generasi HMM Edisi III Jumadil 'Ula 1423 H./Juli - Agustus 2002 M.
home
|
|
||||
[ Halaman muka ] [ Tentang kami ] [ Email kami ] [ Buku tamu ] [ Arsip ] |
|||||
|